LAHIRNYA NAMA PESPARANI

Banyak orang yang kurang mengerti apa, mengapa dan bagaimana Pesparani itu sebenarnya. Ada yang mengira bahwa itu hanya untuk mencari popularitas bagi kelompok atau orang tertentu, ada yang berpendapat bahwa itu hanya semata-mata pertandingan bernyanyi-nyanyian Gerejani dan merebut piala kejuaraan. Adapula yang lebih sinis lagi menganggap Pesparani ini sebagai Pesta pemborosan yang telah mencerminkan tingkat kehidupan sebagaian terbesar masyarakat yang masih dalam kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Namun melalui penyelenggaraan Pesparani Tingkat Nasional I yang telah terlaksana tanggal 16 sampai dengan 20 Juni 1983 dengan maksud hendak memberikan pemahaman dan pengertian Pesparani, dilihat beberapa hal. Pengertian Pesparani itu sendiri tentu lebih luas dan dalam dari uraian singkat tersebut. Namun demikian, adanya penjelasan setahap demi setahap, akan dapatlah kita peroleh pengertian yang lengkap atasnya.

Gagasan untuk melahirkan Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) timbul sejak Negara kita memasuki masa Pembangunan Nasional. Pikiran-pikiran yang mendorong melahirkan gagasan tersebut pada mulanya adalah semangat dan cita-cita persatuan di kalangan umat Kristen, setelah bangsa kita terhindar dari malapetaka akibat ulah PKI dengan G.30.S-nya, serta adanya gangguan-gangguan terhadap Gereja di beberapa daerah/tempat sekitar tahun 1967, sehingga situasi kehidupan dan kerukunan hidup beragama kurang menggembirakan.

Memasuki alam Pembangunan Nasional tahun 1969, semua pemimpin yang merasa bertanggung jawab di bidang pembangunan berusaha menangani bidang tugasnya masing-masing. Di bidang Agama, Menteri Agama RI berusaha menggali dan meletakkan dasar-dasar kebijaksanaan pembangunan di bidang Agama. Menteri Agama Dr. Mukti Ali, memperkenalkan beberapa gagasan antara lain :

  • Bagaimana cara melembagakan idea;
  • Mencapai kehidupan agama yang semarak;
  • Dialog untuk kerukunan bagi semua agama dan cendekiawan, berazaskan prinsip (setuju dalam perbedaan)

Memperhatikan situasi kehidupan beragama seperti di atas dan pentingnya gagasan dan kebijaksanaan Menteri Agama tersebut, maka pada tahun 1973 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan mengangkat kegiatan Koor Gerejani yang sifatnya intern dan lokal itu ke permukaan yang lebih tinggi dengan penyeragaman nama menjadi : Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI), sebagai usaha peningkatan hidup beragama melalui kesenian yang bernafaskan keagamaan Kristen.

Di lihat dari riwayatnya, pesta yang bersifat Gerejani pada umumnya tidak lepas dari koor-koor nyanyian gereja yang di kumandangkan oleh berbagai kelompok seperti kaum Ibu, Muda-mudi dan Remaja dan sebagainya. Kadang-kadang kelompok-kelompok koor tersebut di undang dari berbagai gereja lainnya, gereja tetangga. Di beberapa kota seperti Ibukota Jakarta Raya, Koor Gerejani tersebut telah dijadikan sebagai kegiatan bersama di luar gereja, yang di berikan nama "Festival Koor DKI Jakarta" yang penyelenggaraannya diadakan tiap tahun pada waktu sekitar Paskah dan HUT DKI Jaya yaitu bulan Mei atau Juni.

Oleh karena itu tidak heran, apabila Festival Koor tersebut mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah, Kanwil Departemen Agama serta Para seniman Paduan Suara. Sebagai festival yang lebih dekat pada pengertian pertandingan, biasanya panitia menyediakan Piala kejuaraan seperti Piala Bergilir, Piala Juara I, II, II dan sebagainya. Karena itu tidak heran apabila masing-masing koor berusaha untuk memenangkan piala kejuaraan itu dengan berbagai usaha dan cara, bahkan kadang-kadang bisa timbul protes, kritik, keluhan terhadap keputusan juri, karena tidak mendapat sesuatu hasil dari pertandingan tersebut. Namun demikian dapat pula dirasakan manfaat dari pada festival tersebut. Sebagai pergaulan antara anggota Gereja. Bahkan lebih dari pada itu, karena peserta festival koor gereja tersebut di utus dengan resmi oleh gereja/jemaat, maka kegiatan tersebut tidak salah apabila dikatakan juga sebagai tali persaudaraan antara jemaat.

Pergaulan dan tali persaudaraan tersebut sangat besar manfaatnya dalam membuka sifat tertutup beberapa gereja/jemaat terhadap dan denominasi lainnya, sehingga memungkinkan terjadinya dialog ke arah tercapainya kerukunan intern yang aktif di kalangan umat Kristen/Protestan. Selain itu, karena festival koor tersebut diselenggarakan dalam rangka HUT DKI, maka kegiatan ini dapat pula mendekatkan hubungan serta kerjasama kearah terciptanya kerukunan antara umat Kristen dan Pemerintah dan tidak jarang pula menjalin hubungan kerjasama dan kerukunan dengan umat beragama lainnya.

Lahirnya nama PESPARANI, Pesta Paduan Suara Gerejani 1983, adalah sebagai kelanjutan dan penghargaan terhadap festival koor gerejani yang telah diketahui manfaatnya itu, dengan mengangkatnya ke permukaan yang lebih tinggi, sehingga menjadi salah satu kegiatan peningkatan hidup beragama melalui kesenian yang bernafaskan keagamaan Kristen. Sebagai kesenian, ia merupakan bagian dan pendukung budaya bangsa yang beraneka ragam itu, dan sebagai "yang bernafaskan keagamaan", kegiatan inipun mendorong kesadaran kearah pentingnya memuji Tuhan dengan segala cara seperti menyanyi, memetik kecapi, menabuh rebana dan lain-lain.

Sebagai Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) lebih bersifat Pesta Rohani dari pada suatu festival yang lebih bersifat pertandingan dan mengejar piala. Sebagai pesta rohani, kegiatan ini lebih mengutamakan segi keagamaan yang di landasi oleh hukum "Kasih" yang dalam penerapannya lebih mendahulukan persatuan, kesaksian dan pembangunan. Kalaupun dalam penyelenggaraan di adakan suatu penilaian juri atas penampilan kontingen daerah, hal itu adalah semata-mata menyangkut segi seni dan lahiriah, sikap dan kesungguhan, sedangkan nilai kerohanian adalah di luar jangkauan Juri.

Sejak di perkenalkannya PESPARANI ini sebagai salah satu kegiatan kesenian yang bernafaskan keagamaan, ternyata mendapat sambutan yang positif di berbagai daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi, Jawa Timur dan lain-lain. Sambutan bukan hanya dari umat Kristen, tetapi juga Gereja dan Pemerintah Daerah. Kegiatan ini menjadikan kegiatan bersama yang saling membantu dengan penuh rasa saling hormat menghormati, sesuai dengan sifat bangsa Indonesia yang sosialis religius.

Perubahan Pesparani menjadi Pesparawi di sesuaikan dengan perubahan pemakaian istilah Bahasa Indonesia yang benar, sehingga Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) di rubah menjadi Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI). Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) mulai di pakai pada PESPARAWI Nasional III di Semarang-Jawa Tengah.

0 komentar: